Mengenal Arsitektur Tradisional Berikut Penjelasannya
Arsitektur tradisional – Patut disayangkan, dari sekian tidak sedikit daerah di Indonesia nampaknya Bali yang mampu menghadirkan kota-kota berwajahkan khasanah arsitektur lokal yang tidak berkesan dipaksakan. Di daerah lain, upaya memperlihatkan elemen arsitektur tradisional kurang dikerjakan dengan baik, sampai-sampai hasilnya adalah tempelan “atap Minangkabau”, “atap joglo” atau “atap Toraja” yang tidak pas dengan bangunan yang ditempeli.
ARSITEKTUR TRADISIONAL
Pengertian arsitektur tradisional adalah suatu karya bangunan arsiteltural yang meneruskan / mewariskan nilai nilai norma adat dan tradisi yang melekat pada suatu daerah. Jika seseorang mencoba untuk mencerminkan ciri khas budaya daerah tertentu di rumah mereka,opsi yang ditempuh adalah desain interior atau arsitektur tradisional. Gaya tradisional ini mencangkup ruangan interior/eksterior dan perabotan/furniture rumah yang memiliki khas gaya daerah tertentu.

Merujuk pada cerita sukses kota Bali yang di tulis di awal artikel ini, harusnya kota-kota di Indonesia mencari sumber identitas dari khasanah arsitektur tradisional yang dipunyai oleh masing-masing daerah. Dengan kekayaan arsitektur Nusantara yang anda miliki, kitapunya potensi untuk menampilkan kota-kota yang berwajah cantik dan setiap mempunyai ciri cocok dengan daerahnya. Bila urusan ini dapat anda realisasikan, saya dan anda bisa membanggakan kota-kota yang berwajah khas dan memberikan kesan mendalam untuk para pengunjungnya.
“Arsitektur tradisional / arsitektur nusantara menjadi identitas sebuah daerah/bangsa, bangsa yang tak memiliki identitas sama halnya seseorang yang lupa akan dirinya”

Yang terjadi di kota Jakarta justru sebaliknya. Halte bis dipaksakan ditempel lisplang berornamen Betawi yang tidak mempunyai keserasian dengan desain halte. Di samping itu, lisplang yang tercipta dari pelat baja dengan ujung-ujung runcing paling membahayakan untuk keselamatan insan yang sedang di bawah halte tersebut. Umur bahan, hal korosi dan pemasangan yang tidak sempurna dapat mengakibatkan lisplang terlepas jatuh dan melukai manusia. Sebagai pembanding, untuk destinasi yang serupa, gerbang tol di kota Beijing mengindikasikan solusi desain yang lebih terpadu dan konsepsional.
Daerah-daerah di Indonesia usahakan mencontoh Bali dalam mengubah elemen lokal guna memberi ciri pada wajah kota. Inovasi desain hotel, cafe, restoran dan pertokoan di area Nusa Dua, Sanur, Ubud, Jimbaran, Kuta, Legian, atau Seminyak bisa dijadikan sumber inspirasi.

Di Bali, unsur arsitektur tradisional tidak sebatas ditempel melainkan diubah secara terpadu ke dalam borongan desain bangunan. Hasilnya ialah bangunan dengan sekian banyak fungsi cocok dengan keperluan masa kini dihadirkan dalam tampilan bernuansa tradisi. Masih terdapat lagi misal upaya mengubah khasanah arsitektur tradisional yang dapat dijadikan rujukan, yaitu hasil rancangan semua arsitek Belanda di masa kolonial, khususnya karya-karya Henry Maclaine Pont.

Selain rumah adat bali, di bali juga banyak hotel dengan gaya arsitek rumah joglo seperti contoh di atas, menggukanan rumah tradisional nusantara sebagai tema pada bangunan memberikan nilai plus tersendiri, terutama bagi para turis. mereka lebih menginginkan khas nya indonesia bukan tempat2 modern, karena di negara mereka sudah ada jika bangunan modern.

Gedung Aula Barat dan Aula Timur ITB di Bandung, serta Gereja Katolik di Puh Sarang, Kediri ialah contohcontoh keberhasilan Maclaine Pont memakai bahasa arsitektur lokal guna menghadirkan sosok bangunan modern. Hal yang serupa juga dilaksanakan oleh Thomas Karsten yang merancang kawasankawasan kota serta pasar-pasar dengan menyimak kaidah-kaidah arsitektur lokal. Patut disayangkan inovasi seperti dilaksanakan arsitek Belanda ini malah kurang dikembangkan oleh semua arsitek anda masa kini.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat anda simpulkan bahwa khasanah arsitektur tradisional suatu wilayah merupakan potensi besar untuk menyusun identitas kota. Namun perlu disalin bahwa pemakaian elemen-elemen arsitektur lokal ini hendaknya tidak sebatas “tempelen yang dipaksakan” pada bangunan-bangunan baru, melainkan unsur tak terpisahkan dari borongan desain bangunan.
Inovasi seperti diperlihatkan oleh Maclaine Pont atau Karsten nyaris seabad yang kemudian seyogyanya menjadi rujukan untuk para arsitek kita masa kini. Kekayaan arsitektur Nusantara sungguh tiada bandingannya. Tidak terdapat negara beda di dunia ini yang mempunyai aneka arsitektur tradisional sejumlah dan seindah yang anda miliki. Apabila anda mampu mengolah kekayaan itu, saya dan anda bisa menghadirkan wajah-wajah kota yang khas dan memperlihatkan identitas daerahnya secara elegan.
Arsitektur tradisional bakal terus berkembang seiring dengan perkembangan jaman now, bukan hanya sebatas “ragam hias” atau “peninggalan” yang statis dan dijadikan barang pajangan. Kalau Jepang, Prancis, Korea atau Bali di indonesia dapat melakukan urusan itu, kenapa wilayah lain tidak bisa ?